BAHAYA LEPTOSPIROSIS
REDAKTUR 02 Februari 2023 19:30:41 WIB
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Bakteri ini dapat menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi. Beberapa hewan yang bisa menjadi perantara penyebaran leptospirosis adalah tikus, sapi, anjing, dan babi.
Leptospirosis menyebar melalui air atau tanah yang telah terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri Leptospira. Seseorang dapat terserang leptospirosis, jika terkena urine hewan tersebut, atau kontak dengan air atau tanah yang telah terkontaminasi.
Leptospirosis memiliki gejala yang mirip dengan penyakit flu. Namun, jika tidak diobati dengan tepat, leptospirosis dapat menyebabkan kerusakan organ dalam, bahkan mengancam nyawa.
Penyebab Leptospirosis
Leptospirosis disebabkan oleh bakteri Leptospira interrogans yang dibawa oleh hewan. Leptospira dapat hidup selama beberapa tahun di ginjal hewan tersebut tanpa menimbulkan gejala.
Beberapa hewan yang dapat menjadi sarana penyebaran bakteri Leptospira adalah:
- Anjing
- Babi
- Kuda
- Sapi
- Tikus
Selama berada di dalam ginjal hewan, bakteri Leptospira sewaktu-waktu dapat keluar bersama urine sehingga mengontaminasi air dan tanah. Di air dan tanah tersebut, bakteri Leptospira dapat bertahan dalam hitungan bulan atau tahun.
Penularan pada manusia dapat terjadi akibat:
- Kontak langsung antara kulit dengan urine hewan pembawa bakteri Leptospira
- Kontak antara kulit dengan air dan tanah yang terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri Leptospira
- Mengonsumsi makanan yang terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri penyebab leptospirosis
Bakteri Leptospira dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka terbuka, baik luka kecil seperti luka lecet, maupun luka besar seperti luka robek. Bakteri ini juga bisa masuk melalui mata, hidung, mulut, dan saluran pencernaan.
Leptospirosis bisa menular antarmanusia melalui ASI atau hubungan seksual, tetapi kasus ini sangat jarang terjadi.
Faktor risiko leptospirosis
Leptospirosis banyak ditemui di negara tropis dan subtropis, seperti Indonesia. Hal ini karena iklim yang panas dan lembap dapat membuat bakteri Leptospira bertahan hidup lebih lama. Selain itu, leptospirosis juga lebih sering terjadi pada individu yang:
- Menghabiskan sebagian besar waktunya di luar ruangan, seperti pekerja tambang, petani, dan nelayan
- Sering berinteraksi dengan hewan, seperti peternak, dokter hewan, atau pemilik hewan peliharaan
- Memiliki pekerjaan yang berkaitan dengan saluran pembuangan atau selokan
- Tinggal di daerah rawan banjir
- Sering melakukan olahraga atau rekreasi air di alam bebas
Gejala Leptospirosis
Pada beberapa kasus, gejala leptospirosis tidak muncul sama sekali. Namun, pada kebanyakan penderita, gejala penyakit ini muncul dalam 2 hari sampai 4 minggu setelah terpapar bakteri Leptospira.
Gejala leptospirosis sangat bervariasi pada setiap pasien dan awalnya sering kali dianggap sebagai gejala penyakit lain, seperti flu atau demam berdarah. Tanda dan gejala awal yang muncul pada penderita leptospirosis antara lain:
- Demam tinggi dan menggigil
- Sakit kepala
- Mual, muntah, dan tidak nafsu makan
- Diare
- Mata merah
- Nyeri otot, terutama pada betis dan punggung bawah
- Sakit perut
- Bintik-bintik merah pada kulit yang tidak hilang saat ditekan
Keluhan di atas biasanya pulih dalam waktu 1 minggu. Namun, pada sebagian kasus, penderita dapat mengalami penyakit leptospirosis tahap kedua, yang disebut dengan penyakit Weil. Penyakit ini terjadi akibat peradangan yang disebabkan oleh infeksi.
Penyakit Weil dapat berkembang 1–3 hari setelah gejala leptospirosis muncul. Keluhan yang muncul bervariasi, tergantung pada organ mana yang terinfeksi. Gejala dan tanda pada penyakit Weil antara lain:
- Demam
- Penyakit kuning
- Sulit buang air kecil
- Pembengkakan pada tangan dan kaki
- Perdarahan, seperti mimisan atau batuk berdarah
- Nyeri dada
- Sesak napas
- Jantung berdebar-debar
- Lemas dan keringat dingin
- Sakit kepala dan leher kaku
Kapan harus ke dokter
Periksakan diri ke dokter jika mengalami gejala-gejala yang disebutkan di atas. Gejala leptospirosis terkadang mirip dengan gejala penyakit infeksi lain, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui penyebab pastinya sebelum terjadi komplikasi.
Segera ke IGD jika Anda mengalami gejala-gejala leptospirosis yang lebih parah, seperti penyakit kuning, sulit buang air kecil, tangan dan kaki bengkak, nyeri dada, sesak napas, dan batuk berdarah.
Jika Anda didiagnosis menderita leptospirosis, lakukan kontrol secara rutin selama pengobatan. Tujuannya adalah agar dokter dapat memantau perkembangan kondisi penyakit dan keberhasilan terapi.
Diagnosis Leptospirosis
Untuk mendiagnosis leptospirosis, dokter akan menanyakan keluhan dan gejala yang dialami pasien, serta riwayat penyakit pasien. Dokter juga akan bertanya mengenai riwayat perjalanan, kondisi tempat tinggal pasien, dan aktivitas yang dilakukan pasien selama 14 hari ke belakang.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh dan beberapa tes penunjang untuk memastikan diagnosis dan mengetahui tingkat keparahan leptospirosis. Tes penunjang tersebut antara lain:
- Tes darah, untuk memeriksa fungsi hati, fungsi ginjal, dan kadar sel darah putih
- Tes Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) atau rapid test, untuk mendeteksi antibodi di dalam tubuh
- Polymerase Chain Reaction (PCR), untuk mendeteksi keberadaan materi genetik bakteri Leptospira di dalam tubuh
- Tes aglutinasi mikroskopik (MAT), untuk mengonfirmasi keberadaan antibodi yang secara spesifik terkait dengan bakteri Leptospira
- Pemindaian dengan CT Scan atau USG, untuk melihat kondisi organ yang mungkin terkena dampak peradangan akibat infeksi leptospirosis
- Kultur darah dan urine, untuk memastikan keberadaan bakteri Leptospira di dalam darah dan urine
Pengobatan Leptospirosis
Infeksi leptospirosis pada umumnya tidak memerlukan penanganan khusus. Pada kondisi yang ringan, infeksi leptospirosis bisa sembuh dengan sendirinya dalam tujuh hari. Pengobatan umumnya ditujukan untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi.
Berikut ini adalah beberapa langkah pengobatan yang bisa dilakukan untuk penderita leptospirosis:
Pemberian obat-obatan
Jika gejala sudah timbul, dokter akan memberikan obat-obatan untuk meredakan gejala dan untuk mengatasi infeksi bakteri. Beberapa obat yang akan diberikan adalah:
- Obat antibiotik, seperti penisilin, amoxicillin, ampicillin, doxycycline, atau azithromycin
- Obat penurun demam dan pereda nyeri, seperti paracetamol atau ibuprofen
Perawatan di rumah sakit
Perawatan di rumah sakit dilakukan bila infeksi telah berkembang makin parah dan menyerang organ (penyakit Weil). Pada kondisi ini, antibiotik akan diberikan melalui infus.
Selain itu, dokter juga dapat melakukan beberapa penanganan tambahan berikut:
- Infus cairan, untuk mencegah dehidrasi pada penderita yang tidak bisa minum banyak air
- Pemberian vitamin K, untuk mencegah perdarahan
- Pemasangan ventilator, jika pasien mengalami gagal napas
- Pemantauan terhadap kerja jantung
- Transfusi darah, jika terjadi perdarahan berat
- Hemodialisis atau cuci darah, untuk membantu fungsi ginjal
Kemungkinan sembuh dari penyakit Weil tergantung pada organ yang terserang infeksi dan tingkat keparahannya. Pada pasien leptospirosis yang parah, kematian bisa terjadi karena perdarahan atau akibat komplikasi pada paru-paru atau ginjal.
Komplikasi Leptospirosis
Meski bisa sembuh dengan sendirinya, leptospirosis yang tidak diobati dengan baik dapat mengakibatkan penyakit Weil. Komplikasi yang bisa terjadi akibat penyakit Weil ini antara lain:
- Cedera ginjal akut
- Trombositopenia
- Perdarahan saluran cerna
- Perdarahan paru-paru
- Stroke hemoragik
- Gagal hati
- Penyakit Kawasaki
- Rhabdomyolysis atau kerusakan otot rangka
- Uveitis kronis
- Penggumpalan darah yang tersebar di seluruh tubuh
- ARDS atau acute respiratory distress syndrome
- Syok septik
- Gagal jantung
- Keguguran pada ibu hamil
Pencegahan Leptospirosis
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengurangi risiko penyebaran infeksi leptospirosis, yaitu:
- Mengenakan pakaian pelindung, sarung tangan, sepatu bot, dan pelindung mata saat Anda bekerja di area yang berisiko menularkan bakteri Leptospira
- Menutup luka dengan plester tahan air, terutama sebelum kontak dengan air di alam bebas
- Menghindari kontak langsung dengan air yang terkontaminasi, seperti berenang atau berendam
- Mengonsumsi air minum yang sudah terjamin kebersihannya
- Mencuci tangan setiap sebelum makan dan setelah melakukan kontak dengan hewan
- Menjaga kebersihan lingkungan dan memastikan lingkungan rumah bebas dari tikus
- Melakukan vaksinasi hewan peliharaan atau ternak
Komentar atas BAHAYA LEPTOSPIROSIS
Formulir Penulisan Komentar
Komentar Terkini
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Jumlah Pengunjung |
Website desa ini berbasis Aplikasi Sistem Informasi Desa (SID) Berdaya yang diprakarsai dan dikembangkan oleh Combine Resource Institution sejak 2009 dengan merujuk pada Lisensi SID Berdaya. Isi website ini berada di bawah ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International (CC BY-NC-ND 4.0) License